Selasa, 17 Desember 2013

Janganlah Berhati Tikus


Sebuah Fabel dari India Kuno, seorang tikus terus-menerus merasa sedih karena takut pada kucing. Dia menemui tukang sihir. “Aku minta berubah jadi kucing”, katanya.




“Kenapa?”

“Hidupku selalu dibayang-bayangi ketakutan dimakan kucing. Lebih baik menjadi kucing daripada menjadi tikus.”




Tukang sihir merasa kasihan pada tikus. Ia melambaikan tongkatnya, Wuzzzz. Si tikus pun berubah jadi seekor kucing. Dengan senag hati, kucing jelmaan tikus itu pun berlarian ke sana kemari tanpa merasa takut. Beberapa hari kemudian, kucing itu kembali menemui penyihir. “Aku minta diriku diubah menjadi seekor anjing”.




“Kenapa?”

“Sebagai kucing, aku selalu dibayang-bayangi rasa takut terhadap anjing. Di mana aku berada, anjing-anjing itu selalu mengejarku. Oh penyihir, ubahlah aku jadi seekor anjing”.

Sekali lagi si penyihir merasa kasihan. Maka ia melambaikan tongkatnya. Wuzzzz. Si kucing dalam sekejab berubah menjadi anjing. Anjing jelmaan kucing pun berlari ke halaman kemudian menghilang di rerimbunan semak.




Hanya tiga hari ia sanggup menjalani peran sebagai anjing. Pada hari ke empat ia menjumpai si penyihir sambil mengeluh. “Aku tak mau jadi anjing, aku tak mau jadi anjing. Wahai penyihir yang baik, tolonglah aku. Aku tak mau menjadi anjing.




“Mengapa?”, Tanya si penyihir.

“Sebagai anjing, aku selalu takut pada manusia. Aku harus selalu mengabdi dan setia pada manusia, walaupun mereka sering memukulnya.”

“Lantas, apa maumu?”

“ Wahai penyihir, jadikanlah aku seorang manusia.”




Si penyihir melambaikan tongkatnya dan anjing menjelma menjadi putri cantik jelita. Sang puteri tersenyum bangga. Tanpa mengucapkan terima kasih, dia berlalu dan menjalani kehidupannya sebagai seorang manusia. Namun seminggu kemudian, sambil menangis sang putri kembali menemui penyihir.




“Ada apa tuan Putri?”

“Ternyata tidak enak jadi manusia, Aku harus selalu memakai otakku. Aku tidak boleh menggigiti segala sesuatu yang aku mau. Dan yang lebih menyedihkan, aku selalu takut pada tikus-tikus yang setiap malam masuk ke kamarku”.




Si Tukang sihir berpikir sejenak, lalu ia melambaikan tongkatnya sekali lagi. Tukang sihir berkata, “Apapun yang kulakukan tak bisa membantumu, karena kau berhati tikus”.



Tidak ada masalah Anda dilahirkan sebagai siapa, tidak masalah apa latar belakang suku Anda, atau pendidikan Anda, yang paling penting adalah berikan yang terbaik yang Anda mampu. Karena yang terpenting adalah bagaimana Anda menyikapinya. Bersikaplah Positif.


Jangan meminta lebih, jika Anda memang tidak mampu menyelesaikan perkara-perkara yang lebih besar. Setiap peran, setiap posisi memiliki kesulitan sendiri-sendiri. Dan setiap kesulitan yang kita hadapi, tidak akan pernah melebihi kemampuan kita. Jika Anda tidak bisa menyelesaikan perkara-perkara kecil, jangan meminta tanggungjawab atau peran yang lebih besar, karena Anda tidak akan mampu bertahan.



Nikmati dan jalani prosesnya, Anda akan siap dengan keadaan yang Anda capai.


0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Facebook Themes